Selasa, 26 Mei 2020

Work From Home adalah istilah ketika saya sebagai aparatur sipil negara diharuskan bekerja di rumah, atau dari rumah (?). Saya singkat dengan WFH ya. WFH ini membuat saya bingung di dua minggu pertama. Lama-lama terbiasa malah dibilang sudah dirasa nyaman. Nyaman karena anak bisa dilihat dan dipantau setiap yang saya mau. Namun, ada hal lain yang saya petik dari WFH, saya belajar sedikit (iya baru sedikit) tentang tumbuh kembang anak.

Berawal dari anak saya yang mulai tumbuh gigi, banyak gerak, dan maunya main, kemudian makannya menjadi susah. Saya membaca buku tentang MPASI, satu-satunya cara adalah sabar terus mencoba, mencoba masakan baru, tekstur baru, makanan yang didinginkan. Hanya saja anaknya tetap menolak (atau mungkin saja saya yang sudah menyerah, artinya kalau pagi hanya lima suap, nanti juga lapar, makan banyaknya saat siang). Terkadang bayi makan lahap sekali, bisa sampai 35 sendok bayi kok. Terkadang sampai 15 sendok bayi. Dari bubur, nasi, daun utuh, wortel kukus, kentang kukus, tempe goreng, tahu bacem, semua dicobakan. Saya gondok juga dalam hati. Tetapi sudahlah tidak apa-apa. Nanti juga lapar (mencoba menenangkan hati, padahal seharusnya saya harus kreatif dan semangat lagi).

Jumat, 09 Januari 2015

Nikah Beda Agama (?)

Tema kali ini adalah perkawinan. Orang-orang sering mengatakan pernikahan, sekali saya berkata perkawinan langsung saja masyarakat "hush, pernikahan". Kata kawin sepertinya layak untuk binatang atau pun kalimat yang mengandung isi negatif lainnya, padahal kalau kita menilik peraturan yang ada di Indonesia, adalah UU(Undang-Undang)  Perkawinan nomor 1 tahun 1974, dan bukannya UU Pernikahan.

Saya mencuatkan hubungan perkawinan dan topik blog saya sekarang ini adalah karena melihat status teman di facebook saya. Ini bukan karena saya ngebet kawin ya, eits, nikah ya.

Rabu, 27 Agustus 2014

Communication and Problem Solving #SIAS

Communication and Problem Solving
Li-Ming Liang/ Carter
8 Juli 2014

Communication is common, through facial expression and screaming, noises, cave painting, speakable language, symbols, and characters. The components of communication is senders -  message – receiver (channel, noise, context).
Way of communication
a.       Visual (55%)
Eye contact, posture/ body language, gesture, facial expression
b.      Vocal (38%)
Variety, quality, rate, volume, pauses
c.       Verbal (7%)
Written
Some obstacles in communication

Cultural Diversity#SIAS

Cultural Diversity
Li Ming Liang/ Carter
9 Juli 2014

Culture introduction of China
There are many tradition or customs in China for way of deliver the message for one to another. Taking our gust to come to the dinner is one of the way of communication in China, example for business purpose or friend party.
Now we will talk about the differences of west and east lifestyle.

Leadership #SIAS

Leadership
8 Juli 2014
 Steven Sunmer
California, USA

People who will give a leadreship power for you although we do not want. Leadership is not management. Management is direct the people (manager), number management, complexity, and order & consistency. Leadership is people gathering, changing, start doing something together, motivate others, and move the people.
Three examples of leadership style
1.      Charismatic
a.       Good in inspiring people because his vision, capability
b.      Using personal power
c.       People give you power
d.      Good looking
e.       Well talking/ speaking

WHO AM I #SIAS SUMMER CAMP

WHO AM I
Cathy Adams
9 Juli 2014

Here the question that you have to answer.
1.      Who do my parents say I am?
2.      What kind of leader will you be?
3.      Looking glass self
4.      What has my social context been?

Selasa, 11 Februari 2014

Presiden INDEPENDEN


Setelah merenung dan berdiam saja di bawah atap selebar sat kali dua meter dan di bawah lampu neon yang dipenuhi semut hitam kecil, saya ingin mengatakan bahwa saya benar untuk hari ini. Saya kembali menulis dan menghitung untuk orang lain. Saya yakin benar untuk hari ini dan berharap besok lebih berarti lagi. Saya kembali berpikir ulang untuk menulis kembali judul saya terkait pemilu bulan lalu (lebih tepatnya tentang keraguan saya akan pemilihan presiden tanpa menunggu pemilu legislatif). Saya kembali merenungkan setelah mendengar kalimat dan janji Pak Habibie, mantan presiden ketiga Republik Indonesia tercinta.

Beliau setuju dengan presiden independen. Saya kaget kok bisa? Setelah yang saya katakan di post sebelumnya bahwa saya takut terjadinya ketimpangan ketika presidensial tidak didukung oleh parlementer atau legislatif karena semua kebijakan pemerintah itu harus didukung parlemen jika ingin digolkan menjadi peraturan. Tentu ketika DPR tidak menyetujui beberapa rancangan kebijakan presiden, kebijakan tidak dapat diaplikasikan kepada rakyat. Itulah fungsi legislatif. Hal ini dilakukan agar kekuasaan presidensial tidak terlalu dominan dan mengalahkan legislatif yang dianggap sebagai perwakilan rakyat di pemerintahan. Sering terjadi ketidaksinkronan antara parlemen dan presiden. Namun saya kembali melihat hal lain.