Kamis, 17 Oktober 2013

Acara "Ceremonial" yang Tertunda

OK Guys,bayak terjadi tragedi, intrik, dan taktik yang muncul dari beberapa golongan orang. Ketika ada berita yang sudah difixkan dan disiapkan dengan segala rupa. Endingnya, ternyat diundur atau gagal, gue cuma bilang, "Emmm, apa yang kudu gue bilang?"

Ini dari sudut pandang gue aja tanpa memandang kebenaran atau tidaknya sudut pandang saya. Namanya juga hanya pendapat, walau harusnya pendapat itu harus berdasarkan fakta. Kenyataannya, si sumber saja tidak dapat memberitahukan keadaan yang sebenarnya, maka muncul terkaan, perkiraan, dan asumsi yang tidak tahu mana yang benar. So, do not trust this! 


Kenapa diundur? Banyak gosip yang beredar di kampus, yang pertama karena pembina upacaranya lagi gak bisa dateng pas hari yang sudah diumumkan ke khalayak ramai. Sampai ada yang ngetweet beliau. Kalau dilihat, ngapain anak bau kencur ngetweet pejabat. Komentar masalah yng satu ini, gue cuma mau bilang, orang nglakuin gini grgr apa sih sebenarnya? yaitu ketidakjelasan alasan. Penyelenggara mungkin hanya bisa bilang "ya pindah jadwal, tanggal, dan jam" But, penonton akan nanya "mengapa?" Ya inilah yang gak jelas, ketika panitia pun tidak mampu menjawab, penonton dengan terpaksa atau tidak sadara atau tidak waras, menanyakan langsung kepada presiden dengan berbagai cara. Walau logikanya,  mana mungkin presiden tahu masalah 'sepele' seperti ini. Selanjutnya, jalur untuk menanyakan belu tersedia. Fine, ada public hearing, kenyataannya setelah kejadian dan memang belum mampu menjawab hal yang sebenarnya terjadi. SO? Jalur birokrasi memang ribet men! ketika ternyata yang di bawah gak bisa ngasih jawaban, yang paling bawah cuma bisa pasrah. Semua harus lewat jalur yang panjangnya gue gak tahu. Akhirnya, yang paling bawah langsung nanyakan ke presiden lewat apapun caranya, twiter ada, facebook ada, email ada. Sekarang masih dipertanyakan perlu gak sih jalur birokrasi yang moler-moler? Minimally, make it shorten, right?


Ya cuma nanggepin masalah twiter. Kadang gak dimasuk di akal memang. Semua diperependek dengan media sosial. Rasanya sangat tidak penting bertanya harus lewat surat-menyurat yang melalui jalur gua yang gelap dna entah kapan bisa masuk ke alamat yan dituju (itulah birokrasi). Media sosial memang membuat jarak sang penguasa dekat dengan bagian kasta terbawah sekalipun asalkan sang kasta terbawah tahu menggunakan media sosial dengan baik. Namun, kasta yang di atasnya merasa bahwa tidak layak kalau dengan mudahnya dan seenaknya kasta terbawah menanyakan ke sang penguasa. Ya, secara attitude ya dianggap kurang sopan dan dianggap menganggu kelanjutan studi dan nasib di depan. Guys, gue sedih ada temen gue yang kasta atas yang bilang gini "demi nasib kita bersama". Gue ngerasa sedih dan kecewa kenapa mereka sampai bilang seperti ini,  seakan  mereka takut kalau rezeki di depan mata hilang begitu saja karena kelompoknya melakukan hal  yang tidak diinginkan. Ngerasa seperti mereka menghambakan adanya jalan yang mulus tanpa aral rintangan. Gue kasihan sebenarnya karena buat ceremonial itu gak mudah tentunya. Alasannya saja yang gue gak bisa terima. "DEMI NASIB KITA." Ini menurut gue aja, gak mahasiswa banget namanya kalau kita pasrah sama hal yang birokrasi. Takut kalau kita melanggar sedikit birokrasi, semua anggota kena dampak. Kita harusnya kompak dan nanya langsung kenapa sebanrnya terjadi. Biarlah ini menjadi pertimbangan panitia saja, gue dkk ya cuma "pasrah" endingnya. 

Terkait ada yang gak jadi ikut, ya gue maklum aja sih, secara biaya nya dari luar Jawa ke Jawa itu lumayan gedhe. cuma disayangkan saja gak semua bisa ikut. Hal itu kan hanya ceremonial aja (menurutku). Jujur gue gak pengin ikut, capek, bolak-balik Jogja - Jakarta - Jogja lagi, gimana lagi? HUweeee

Hidup kita ada di tangan Tuhan, Rahmat Tuhan untuk seluruh umantNya. Kenapa harus berkata demi nasib kita? Rasanya ada yang janggal dan terkesan ditutup-tutupi. 

Ya, gue sadar gue belum pernah ngrasasin yang namanya  jadi mahasiswa. Secara tiap gue daftar kepanitiaan, entah kenapa gue selalu ditolak dan gue gak tahu kenapa. Ya, udahlah apa mau di kata.

Jujur gue bersyukur banget gue dikasih jalan yang amat mulus sampai detik ini. Belajar dengan giat tanpa memperhatikan hal lain. Kepanitiaan udah gue coba, dan entah kenapa gue gak ditrima (menurut gue mereka lebih prefere sama orang yg dah dikenal or terkenal, suuzon aa sih). Hobi tari dan olahrga gue lakuin tiap waktu. Cari duit udah gue kerjain. Tapi ada beberapa hal yang belum gue lakuin. Geu belum nglakuin untuk mencapai mimpi gue. Yang gue butuhin saat ini tantangan men. Tantangan di mana gue belum pernah gue lakukan sebenarnya.  Apa ajalah, yang belum gue lakuin. Haha.

Sekian dan terima kasih ini dah jam 3 pagi dan dah pusing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar